Belajar dari Kehidupan
Tak
sama seperti guru yang di kelas, menjelaskan, kemudian memberi ujian dan
terkadang ada memberi tahu kesalahanmu, tapi itu semua berbeda dengan
kehidupan. Kita di uji tanpa ada materi sebelumnya, mungkin kita sudah pernah menghadapi
ujian itu, akan tetapi pasti akan ada awal ujian yang belum kita lalui.
Di
sana kita belajar, mengambil nilai yang kita baca, tanpa di beritahu
kebenarannya, salah menilai mungkin bisa, tapi lebih takut jika salah
mengartikan. Tak selamanya kita belajar seperti di guru yang menjelaskan, Terkadang
diri ini lebih susah belajar mengartikan, bukan berarti mengartikan hal
terlihat, akan tetapi tersirat, seperti halnya perasaan dan logika, keduanya
tak bisa di artikan sama, karena ke-2anya berbeda. Logika di terima akal
manusia tapi bisa jadi tak diterima perasaan, begitu pula sebaliknya, bukan
munafik, menurutku pada dasarnya perasaan sulit untuk di mengerti bukan
selamanya sama, namun diri ini yang kurasa, entah mengapa? Keras,lembut,kenyal,
dan kadang tak berbentuk, sesuai dengan wadah, perasaanku tak selamanya benar,
begitu pula logikaku,
Jika
kau yang dekat denganku mungkin mengerti diri ini tapi maaf kalau aku tak
merasakan apa yang kau rasa, tolong ingatkan aku, atau ungkapkan kepadaku,
tentang hal itu, baik, ataupun buruk untukku, tak usah ragu, lakukan itu dengan
caramu yang kumengerti. Jika baik aku akan mempertahankan, jikalau buruk akan kulihat
terlebih dahulu, bukan berarti apa yang kau maksud itu sama, tapi kita lihat
dari sisi berbeda, kalau benar aku tak ragu untuk berubah, untuk jadi pribadi
yang lebih baik, walaupun tak akan jadi yang terbaik, bukan berarti aku tak mau
jadi yang terbaik, aku ingin menjadi lebih baik dari diriku sendiri, bukan dari
orang lain. Bukan berarti aku pesimis, optimis itu pasti, tapi hidup harus
sadar diri, (ngrumangsani).
0 comments :
Post a Comment