Icon Moon Batman Begins - Diagonal Resize 2

Wednesday, August 26, 2015

Aku bisa membohongi kalian, tapi tidak dengan hati dan perasaanku,

Entah kenapa aku bisa tertawa dan tersenyum lebar di depan kalian, sebisa mungkin itu kulakukan. Tapi tidak jika aku sendirian, perasaan itu muncul dengan sendirinya. Seketika semua berubah, diam tanpa kata, memikirkan hal yang sebenarnya entah penting atau tidak. Akupun heran dengan perasaan ini, entah seperti apa yang ku cari, dan apakah usahaku sudah cukup?. Entahlah, tuhan terimakasih aku telah di tempatkan bersama mereka yang mampu membuatku tersenyum. Tuhan hilangkan perasaanku dengan ganti perasaan yang akan membawaku kekebahagian jiwa. Ingatkan aku jika usaha doa dan tawakalku kurang. Entah harus bagaimana aku bingung akan hal perasaan, tak bisa di terima akal sehatku namun selalu mengganggu hati kecilku. Tuhan bantu aku sebagai hambamu, untuk mencari jawaban itu, bimbing aku di jalanmu.
Belajar dari Kehidupan

Tak sama seperti guru yang di kelas, menjelaskan, kemudian memberi ujian dan terkadang ada memberi tahu kesalahanmu, tapi itu semua berbeda dengan kehidupan. Kita di uji tanpa ada materi sebelumnya, mungkin kita sudah pernah menghadapi ujian itu, akan tetapi pasti akan ada awal ujian yang belum kita lalui.
Di sana kita belajar, mengambil nilai yang kita baca, tanpa di beritahu kebenarannya, salah menilai mungkin bisa, tapi lebih takut jika salah mengartikan. Tak selamanya kita belajar seperti di guru yang menjelaskan, Terkadang diri ini lebih susah belajar mengartikan, bukan berarti mengartikan hal terlihat, akan tetapi tersirat, seperti halnya perasaan dan logika, keduanya tak bisa di artikan sama, karena ke-2anya berbeda. Logika di terima akal manusia tapi bisa jadi tak diterima perasaan, begitu pula sebaliknya, bukan munafik, menurutku pada dasarnya perasaan sulit untuk di mengerti bukan selamanya sama, namun diri ini yang kurasa, entah mengapa? Keras,lembut,kenyal, dan kadang tak berbentuk, sesuai dengan wadah, perasaanku tak selamanya benar, begitu pula logikaku,

Jika kau yang dekat denganku mungkin mengerti diri ini tapi maaf kalau aku tak merasakan apa yang kau rasa, tolong ingatkan aku, atau ungkapkan kepadaku, tentang hal itu, baik, ataupun buruk untukku, tak usah ragu, lakukan itu dengan caramu yang kumengerti. Jika baik aku akan mempertahankan, jikalau buruk akan kulihat terlebih dahulu, bukan berarti apa yang kau maksud itu sama, tapi kita lihat dari sisi berbeda, kalau benar aku tak ragu untuk berubah, untuk jadi pribadi yang lebih baik, walaupun tak akan jadi yang terbaik, bukan berarti aku tak mau jadi yang terbaik, aku ingin menjadi lebih baik dari diriku sendiri, bukan dari orang lain. Bukan berarti aku pesimis, optimis itu pasti, tapi hidup harus sadar diri, (ngrumangsani). 
Setangah perjalanan


Perjalanan, bukan berarti harus bergerak dari tempat 1 ke tempat lain, mungkin bisa jadi perjalanan kehidupan yang suatu siklus untuk mencapai tujuan. Seperti contoh perjalanan pendidikanku, dengan tujuan mencari ilmu pastinya. Perjalanan Kuliah S1, di tempuh dengan rata-rata 8 semester, saat ini diriku tepat menuju semester 5, sudah melewati batas dari tengah perjalan. Sudah 4 semester aku lalui, banyak cerita,ilmu,kenangan,pengalaman yang kudapat. Bersyukur telah melewati hal-hal tersebuh di perjalanan, ini belum sampai tujuan, perjalanan masih panjang. Mungkin saat ini aku hanya berjalan menuju 1 arah, berfokus pada tujuan. S1. Sempat untuk memikirkan jalan selanjutnya. Tapi sekarang harus menikmati perjalanan menuju gelar sarjana tingkat 1, harus ada rasa pahit,manis untuk menjadikan ini kenangan yang berkesan. Tuhan kuatkan diriku untuk mencapai tujuanku dan tujuanmu.

Sesosok anak muda dari desa yang merantau ke kota untuk menempuh kuliah. Dengan biaya pas-pasan ia datang. Belum sempat mencari kos-kosan karena tak tahu dengan tujuannya, di karenakan masih bimbang dia dengan pilihan jurusannnya, bukan karena tak suka tapi karena ia masih besar dengan egonya,
1 semester dilalui dengan riang dan gembira, suka duka tetap  menyelimutinya. Dia menjadi mahasiswa biasa yang tak menonjol dari perkataan ataupun tindakan. Tapi dia berfikir dengan polanya. Dia semangat dalam mengikuti kuliah, belum mempunyai banyak teman, mungkin karena sifat pendiam dan pemalunya, ada yang bilang sombong, padahal kediaman itu bukan kenyamanannya, ada yang bilang sinis, padahal tawanya menandakan kenyamanannya.
1 semsester berlalu. Dia hanya menjadi kupu-kupu yang terbang tak tahu jalan, belum memikirkan tujuan luas berfikir hanya sepintas.
Semester 2 datang dia mulai di kenal dengan hasil nilai yang menojol, walaupun keseharian tidak terlihat, semua heran dengannya dia tidak terlihat pintar, tapi dapat hasil menakjubkan, banyak orang tak menyangka bahkan ada yang meremehkannya, smester 2 dilalui dengan biasa, mulai banyak teman didapatnya, 1 persatu dikenalnya, padahal dia agak kesulitan mengenal nama, apalagi bila bertemu sekilas sudah pasti dia ingat hanya semesntara. Usahanya berhasil mengingat beberapa temannya, mulai dekat,hangat dan menyatu dengan pribadinya, masih halnya dia menjadi kupu-kupu tapi sudah mulai ada tujuan ketika dia terbang.
Ketika semester 2 mulai berakhir, dia berfikir, memang saya bisa tapi bukan berarti saya menyenanginya, pikiran besaar terlintas untuk pindah, mencoba mengadu keberuntungan dan kekuatannya saat itu. Dia hanya bermodal belajar online sambil otak-atik gadget. Tak sempat ia membeli buku, bukan tak sempat tapi tak mau.
Hari testpun datang, dia bangun kesiangan tak percaya dia masih sempat mencapai tujuan. Di perjalanan dan di tempat dia hanya berdoa. Tak sempat dia meminta restu orang tua, karena dia diam-diam dengan tesnya, padahal sepserti biasa dia selalu meminta restu kedua orang tuanya. Testpun berakhir, dengan percaya diri dia selesai dengan mengerjakannya, santai, sambil tersenyum ketika mengerjakan menjadikan dia melupakan beban tentang masuknya, dia tak yakin jika di terima akan pindah,
Malam pengumumanpun datang, dibukanya link pengumuman, dia bingung mencari kertas no pendaftaran, akhirnya menemukan di kontrakan baru, bersama buku-bukunya. Tak terduga dia melihat hasilnya, dengan sangat gembira ia diterima, tapi apa daya, sia" ia berusaha, tak yakin dengan pilihannya ia tetap berada di jurusannya
Semester 2 pun berakhir, dengan hasil tak disangka dia mendapatkan hasil tipis, tapi dia bersyukur akan hal itu, bukan karena apa dia sudah mengira karena tak banyak kepahamannya. Dia bisa dapat hasil sperti itu,
Semester 3pun dimulai, dia masuk kedalam organisasi, seperti niat awalnya dia ingin masuk dunia itu, untuk melatih softskillnya, dengan awal baik, tapi sempat heran, karena tak kuat dengan tubunya, keseharian yang berbeda, dan tak sesuai dengan apa yang dipikirnya, sempat ingin keluar di pertengahan, tapi dia berusaha, menjaga tanggung jawabnya, dengan niat baik dia percaya akan hasil baik, entah apa dipikirannya mulai berubah. Dia mulai melupakan tujuan awalnya, tapi tak selamanya, sempat dia merenungi pilihannya, tapi dia sudah di dlamanya, berusaha menyelesaikannya dan mencari hasil sebaik-baiknya.

Semseter 3 pun berakhir, dengan hasil cukup memuaskan, dan semuanya dimulai, aku aktif di himpunan, entah mengapa aku ingin sekali jadi anak organisasi, bukan alasan apa" karena aku ingin mencari pengalaman lebih. Dan semua itu aku dapat di semester ini, mulai dari rapat malam, pulang malam , rapat,rapat dan rapat, bahkan sempat jenuh dengan hal tersebut tapi akhirnya mulai menikmati, kita rapat bertukar pikiran bukan beradu pendapat. Setelah itu berakhir aku takb bisa fokus kuliah, sempat keteteran, karena di waktu kuliah sering tidur. Perlu setengah semester untuk menyesuaikan diri. Akhirnya aku bisa menyesuaikan, memang terlalu lama menurutku, dan uts kurang maximal, bukan salah organisasi, tapi salah diriku yang kurang menyesuaikan diri dngan cepat, setengah semester berlalu, aku tahu trik"nya dan cara mengatasi tidurku yang malam,  dan waktu itu telah tiba uaspun aku mempunyai tekad harus bisa mengerjakan maximal, dengan tak lupa sebelum mengikuti uas sms orang tua meminta restu dan doa agar bisa dan  mendapatkan kemudahan serta hasil yang memuaskan. Akhirnya Dimana hasil dari semester 4 keluar, dan dengan sedikit agak tak percaya aku bisa mencapainya. Akhirnya setengah perjalanan kulailui, jika di hitung normal ada 8 smester dan selanjutnya aku akan menempuh smester 5, setengah perjalanan. Entah apa yang akan terjadi, aku akan berusaha, berdoa, bertawakal semaksimalku
Sego pecel apa sego uduk?

Iki menawa tulisan pertama ning blogku sing nganggo bahasa jawa, yo sak anane, sak isone aku nulis. Isuk-isuk aku tangi, dino iku adhiku di kon tuku sego kanggo sarapan sedurunge sekolah. Saka kuwi aku eling lan akhire nulis iki dadio tulisan iki.

Biyen jaman iseh sekolah, iyo pas sekolah, saiki yo iseh sekolah, tapi sing tak maksud sekolah tk,sd,smp lan sma dudu sekolah kuliah. Saben isuk tangi isih riyip" mripate, di gugah wong tua, banjur tangi langsung mro padasan mek wudhuan, bar kwi subuhan. Sak wese kwi ora lali mangkat tuku sarapan. Saben dino suwene kurang luwihe 13 kecuali dino minggu mesti tuku sarapan, mbuh kwi sego pecel apa sego uduk. Malah kadang kala dino minggu wae isih tku sarapan. Tukune kudu isuk yen ra isuk ngantri suwe. Tukune kudu urut antri tekamu, biasane yen sego pecel entuke cepet soale nggone rada pojoan dadi warunge rada sepi tapi yen tuku uduk kudu isuk, soale nggone ning tengah desa sing tuku rada akeh. Saking isuke kadang segone drung mateng wes okeh sing ngantri. Lah kwi sing paling dadi eling"anku, rasane pada enake. Sego pecel utawa sego uduk, kadang kala uduk kadang kalane yo pecel, gari mood.e pengen ndi. Banjur yen wes bar ntuk segone aku bali muleh mangan ning omah, yen wes adus, siap" budhal sekolah. Iku biyen tak lakoni kurang luwehe 13 tahun saben isuk. Angel di lalekke kwi wes dadi kebiasaan. Tapi pas kuliah wes beda ceritane,
Kowe kancaku sing maca iki yen pengen sego pecel apa sego uduk gratis, turu.o ng omahku mengko isuk-isuk tak jak wisata kuliner istilah gahule. Milih sego pecel apa sego uduk? Rasane pada econe, ora kalah karo masakan restoran biyasane, luweh" akehe, luweh" murahe, ora kalah kualitase.

Mangga.